Laman

Rabu, 27 Oktober 2010

Menghidupkan Kembali Ruh Sumpah Pemuda

"Semangat yang selama ini tertidur itu sekarang telah bangun. Inilah yang dinamakan roh Indonesia,"
(Muhammad Yamin)

Ada satu pertanyaan yang muncul dibenak saya ketika membuka kembali arsip tentang sumpah pemuda lalu melihat kenyataan yang ada pada saat ini.

“Kemana larinya semangat para pemuda yang pernah meletus pada 28 Oktober 1928 itu?”

Setelah diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia, semangat perjuangan dan pengorbanan para pemuda itu masih terasa kental, namun mulai memudar ketika para penjajah benar-benar telah angkat kaki dari negeri ini dan pikiran para pemimpin sudah mulai kabur karena kekuasaan yang disandangnya.  

Saya tidak akan memcaci mereka yang tidak lagi berkomitmen dengan pembangunan bangsa ini. Tidak, saya tidak akan menghabiskan tenaga untuk membahas kebobrokan, kemunafikan dan kebodohan mereka yang tidak berkomitmen terhadap cita-cita pembangunan bangsa Indonesia. Saya lebih tertarik untuk memikirkan dan membahasan bagaimana caranya agar semangat sumpah pemuda itu kembali muncul. Saya lebih tertantang untuk melakukan agenda perubahan itu dari pada membicarakan aib orang dan  mencaci maki mereka yang tak memiliki semangat untuk berkomitmen terhadap cita-cita pembangunan bangsa ini.

Dalam sejarah sumpah pemuda 28 Oktober 1928 itu, ada banyak nilai dan semangat yang telah banyak dilupakan oleh masyarakat Indonesia pada saat ini, terutama para pemuda. Pertama, semangat keilmuan. Kedua, semangat perjuangan dalam meraih kemerdekaan dari penjajahan dalam bentuk apaun. Dan yang ketiga adalah semangat persatuan.

Ketiga instrument ini, ilmu, perjuangan, dan persatuan adalah unsure fundamental yang harus dimiliki oleh suatu bangsa yang ingin merdeka dan maju. Inilah yang membuat bangsa kita merdeka dan terbebas dari penjajahan, namun ini pula yang terlebih dahulu hilang dari bangsa kita.

Ilmu adalah pondasi dari sebuah bangunan. Perjuangan adalah tiang, dinding dan atap untuk mendirikan sebuah bangunan, dan persatuan adalah perekat bangunan tersebut agar kuat dan kokoh meski dihantam oleh badai dan bencana apapun.

Inilah yang telah dilakukan para pemuda pada saat itu. Dalam Kongres Pemuda II mereka begitu kosern membahas bagaimana caraya pendidikan dapat  dirasakan oleh anak-anak dan para pemuda indonesia. Di dalam kongres itu, mereka saling membangkitkan semangat perjuangan dan kepercayaan diri mereka akan perubahan dan kemerdekaan bangsa Indonesia. Dan di dalam Kongres itu juga mereka pererat persatuan mereka dibawah naungan persatuan mereka yang mereka beri nama "Sumpah Pemuda". Sedikit pun mereka tidak memikirkan imbalan apa yang akan diberikan bangsa terhadap mereka. Yang terfikir oleh mereka adalah apa yang harus mereka lakukan dan berikan untuk bangsa ini.


Wahai Para Pemuda!
Hari ini bangsa kita sedang dilanda bencana, dilanda bencana kebodohan dan kebathilan, maka hiasilah diri kalian dengan ilmu dan kepahaman yang bermanfaat bagi diri kalian dan bangsa ini.

Wahai Para Pemuda!
Hari ini bangsa kita sedang dilanda tidur berkepanjangan. Tidur yang begitu panjang dan pulas telah memudarkan semangat perjuangan kita sehingga negeri ini sudah mulai goyah padahal dulu ia pernah berdiri kokoh. Ingatlah bangunan yang kuat adalah bangunan yang dirawat dengan ilmu dan kesunguh-sungguhan. Maka kokohkanlah bangunan bangsa ini dengan ilmu dengan semangat perjuangan untuk memberi untuk bangsa bukan semangat untuk menuntut dan bermalas-malasan.

Wahai Para Pemuda!
Tidaklah cukup bangsa ini kita bangun dengan ilmu dan perjuangan. Semua itu tidak akan bermanfaat jika ia tidak diikat  dengan tali semangat persatuan yang kokoh. Hapuslah rasa kesukuan kalian, karena hari ini kita bertanah satu, berbangsa satu dan berbahasa satu yaitu Indonesia.

Wahai Para Pemuda!
Hidupkanlah ketiga-tiganya itu, niscaya ia akan menghidupkan kita dan memajukan bangsa kita. Indonesia, atas izin Allah Yang Maha Berkehendak akan menjadi Negara yang sejahtera, makmur, adil dan beradab.

Hidup Pemuda Indonesia!!

 Daftar Pustaka: http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/10/27/LK/mbm.20081027.LK128564.id.html



 
  

Sabtu, 23 Oktober 2010

Jalan Kemenangan

Aku Masih Di sini
Di jalan perjuangan kita
Menatap dua kemilau cahaya

Wahai Saudaraku..
Adakah kau lihat dua kemilau cahaya?
Jangan engkau lihat dengan mata mu saja, karena pasti engkau tidak akan dapat melihatnya
Maka sertakanlah mata hati mu
Karena..
Cahaya itu bukan berupa sinar
Tapi anugerah dari Allah
Yaitu keridhaan-Nya
Dan kemenangan yang sudah semakin dekat
Maka tetapkanlah langkahmu di tapak perjuangan ini
Karena engkau akan merugi jika meninggalkannya


Padang, Koto Baru-Banuaran, 22 Oktober 2010, Pukul 06.03 Wib.