Laman

Rabu, 01 September 2010

Apa Artinya Kita Berislam? (1) Sebuah Pengantar

Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat). Setiap diturunkan kepada mereka ayat-ayat yang baru dari Tuhan, mereka mendegarkannya sambil bermain-main. Hati mereka dalam keadaan lalai. Dan orang-rang yang zalim merahasiakan pembiacaraan mereka, “(orang) ini (Muhammad) tidak lain hanyalah seorang manusia (juga) seperti kamu. Apakah kamu menerimanya (sihir itu), padahal kamu menyaksikannya. Dia (Muhammad) berkata, “Tuhanku mengetahui (semua) perkataan di langit dan di bumi, dan Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui”. 
(Al-Anbiya’: 1-4).

Sungguh Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku. Sungguh hari kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap orang dibalas dengan apa yang telah dia usahakan.
(Thaha: 14-15).
 
Saat ini begitu banyak kita lihat umat Islam kehilangan identitas sejatinya sebagai pemeluk agama Islam. Sebagian mereka ada yang mengerti dengan Islam namun melupakan dan melanggar nilai-nilainya. Dan sebagian mereka ada yang benar-benar tidak mengerti sama sekali kenapa dia harus berislam, yang dia tahu, dia telah mendapati bahwa dirinya telah berislam sejak kecil dan berasal dari keluarga yang beragama Islam, sehingga hadir lah sekarang generasi Islam yang kehilangan jati diri keislamannya, keislaman mereka tidak lebih dari sekedar identitas yang tertulis pada kartu tanda pengenal (KTP) mereka. Inilah potret umat Islam saat ini yang masih banyak belum mengerti apa artinya mereka berislam dan mengapa harus berislam.

Tentu kita tidak hanya sekedar menyalahkan mereka dan dengan enaknnya mengatakan mereka telah tersesat sejauh-jauhnya dari jalan Allah, lalu kita yang telah mengerti apa artinya kita berislam menjauh dari mereka, membuat dinding pembatas dengan mereka karena khawatir terjerumus kedalam kesesatan. Wahai saudaraku, barang siapa yang berbuat demikian, menjauhkan diri dari mereka yang tidak mengerti bahkan tidak mengenal Islam, lalu membuat dinding pembatas antara kalian dengan mereka, maka saya katakan bahwa kalian telah keliru dalam memahami Islam lalu mengada-ngadakan alasan yang tidak pernah dibenarkan oleh Islam.

Kesalahan para aktivis dakwah dan da’i dalam memahami Islam ini telah mengakibatkan semakin membesarnya jurang pemisah antara umat Islam dengan ajarannya, sehingga membuat umat Islam semakin jauh dari kewajibannya dan nilai-nilai mulia yang diajarankan Islam. dan pemahaman mereka yang keliru itu juga harus diluruskan disamping kita juga harus meluruskan mereka yang belum lurus dalam menjalankan kehidupan.

Memang ada dalil baik di dalam Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah saw yang melarang kita berteman dengan mereka yang sering membuat kemungkaran dan kerusakan, tapi ketahuilah, hal itu lebih ditekankan untuk tidak menjadikan mereka teman setia sebelum terlihat keislaman mereka secara nyata, berarti kita masih punya kewajiban untuk meluruskan mereka, menyeru mereka kepada jalan yang benar., yaitu kepada jalan Allah. Bukankah Allah telah berfirman bahwa kita dianjurkan mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan kepada orang-orang jahil. Bahkan Allah mengatakan, mereka yang mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan itulah hamba-hama Allah yang baik.

“Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (Al-Furqan [25]: 63)

Mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan itu adalah dakwah dan keteladanan dan berarti ada kebaikan-kebaikan yang kita lakukan untuk mereka, seperti Rasulullah saw yang menjenguk seorang kafir Quraisy yang sering melempari beliau lalu membawakan dia makannan ketika dia sedang sakit. Dalam kisah yang lain Rasulullah saw juga selalu melumati makanan dengan mulut beliau lalu menyuapinya kepada seorang nenek Yahudi yang buta yang sering mencaci maki beliau. Lemparan batu dan cacian tidak pernah membuat Rasulullah saw enggan berbuat baik kepada mereka, bahkan Rasulullah saw adalah orang yang paling utama dalam hal  itu dan selalu mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan untuk mereka agar mereka dapat segera memeluk agama Islam, agama Allah yang mulia ini. Allah swt berfirman,

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatkan dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl [16]: 125)

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.  (Fushilat [41]: 34-35).

Melalui surat Fushilat ayat 34-35 ini Imam Syahid Hasan Al-Banna mengatakan, “Jadilah kalian seperti pohon yang dilempari orang dengan batu, tapi membalasnya dengan buah.” Ustadz Mushthafa Masyhur dalm Fiqh Dakwahnya berkata, “Sesungguhnya semua orang adalah medan dakwah yang menjadi tempat kita beramal untuk kita perbaiki, mengeluarkan anasir yang baik dari mereka yang turut merasakan kewajiban agamanya.”

Insya Allah melalui tulisan ini kita akan membahas APA ARTINYA KITA BERISLAM? Selain itu juga memaparkan BAGAIMANA SIKAP KITA SEBAGAI SEORANG DA’I YANG MEMBAWA CAHAYA YANG DITITIPKAN ALLAH KEPADANYA UNTUK SEMUA MANUSIA. Benarkah kita para aktivis dakwah da’i harus bersikap antipati pada setiap orang-orang jahil? Lalu mengambil sikap dengan berdakwah pada kalangan mereka saja (antar orang-orang shaleh saja), atau mengambil sikap berdakwah hanya di atas mimbar mesjid saja tanpa harus membawa nilai-nilai sajadahnya ke jalanan, pasar, sekolah, kampus, kantor dan ke pemerintahan?  

Selanjutnya tulisan ini dibuat bukanlah untuk mendikte atau menyalah-nyalahkan mereka yang tidak mengerti Islam dan mereka yang salah kaprah dalam memahami Islam, melainkan sebagai media untuk saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran dalam menempuh jalan keselamatan ini, yaitu jalan Islam. 

Penulis mengajak marilah kita selalu mendekatkan diri kepada Allah swt dan memohon petunjuk serta bimbingan-Nya dan juga tak lupa berharap agar Allah selalu menetapkan hati kita di jalan-Nya yang lurus ini sampai akhirnya kita dipilih oleh-Nya sebagai salah satu dari sekian banyak hamba-Nya yang syahid di jalan-Nya yang mulia ini. Amiin.

Alhamdu lillahi rabbil’aalamin. Wallahu’alam bish-shawab.

        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar